PERALATAN YANG DIPERLUKAN DALAM OBSERVASI
Setelah lebih mengenal dan lebih sering menyempatkan diri untuk melihat langit malam, biasanya dalam diri kita akan timbul keinginan untuk bisa melihat lebih banyak dari pada yang selama ini biasa kita lihat. Nah, sekaranglah saatnya untuk memeriksa apakah tabungan sudah cukup untuk membeli teleskop.
Sebelum memutuskan untuk membeli teleskop ada baiknya lebih dulu kita membeli binokuler, kalau belum punya. Sebenarnya binokuler adalah sepasang teleskop kecil, dengan binokuler kamu bisa lihat bintang lebih banyak daripada dengan mata telanjang dan binokuler sangat mudah dibawa. Binokuler bisa dengan mudah dibawa kemana saja kita pergi dan siap untuk dipakai setiap saat.
Jangan meremehkan binokuler, karena banyak sekali Astronom Amatir yang berpengalaman yang memakai binokuler. George Alcock, seorang astronom amatir dari Inggris hanya mempergunakan binokuler dalam mengamati langit malam. Dengan berbekal binokuler dia menemukan 4 nova (Nova adalah bintang yang meledak) dan beberapa komet. Suatu rekor yang bukan main.
Keuntungan binokuler, di samping mudah dibawa, adalah bahwa binokuler mempunyai sudut pandang yang lebar, dan dengan binokuler kita bisa memakai kedua mata kita. Sementara dengan tetelskop hanya satu mata yang dipergunakan. Melihat dengan dua mata memberi kesan 3 dimensi suatu pemandangan yang sangat mengesankan.
Kalau kamu sudah punya binokuler cobalah sesekali memakainya untuk melihat bintang (jangan dipakai untuk ngitip tetangga), lebih banyak bintang yang terlihat dibandingkan dengan mata telanjang.
Saya sudah punya binokuler dan sekarang saya ingin punya teleskop. Teleskop yang bagaimana yang sebaiknya saya beli?
Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang paling sering ditanyakan oleh orang yang kebetulan melihat saya mengamati langit dengan teleskop. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih teleskop. Faktor-faktor tersebut adalah seperti yang di bawah ini.
JENIS TELESKOP
Kalau kamu kebetulan punya majalah astronomi, kamu bisa lihat begitu banyak teleskop yang ditawarkan. Dari sekian banyak teleskop, pada umumnya mereke masuk dalam tiga kategori utama, yaitu refraktor, reflektor dan catadioptrik.
1. Refraktor
Refraktor (atau teleskop pembias) adalah tipe teleskop yang mungkin paling banyak dikenal umum. Refraktor mempergunakan lensa sebagai obyektifnya. Lensa ini, yang letaknya di bagian ujung atas dari tabung teleskop, mengumpulkan dan membiaskan cahaya dan kemudian cahaya tadi berjalan menuju ke titik api (fokus) di bagian bawah dari tabung teleskop. Proses pengumpulan dan pembiasan cahaya itu bisa dilihat dalam animasi di kiri. Seperti kita lihat, cahaya (warna kuning) memasuki tabung dari sebelah kiri kemudian dibiaskan oleh lensa obyektif. Cahaya yang sudah dibiaskan tadi kemudian berjalan menuju fokus yang pada animasi ini terletak di seblah kanan gambar.
Refraktor umumnya lebih mahal daripada teleskop jenis lainnya. Sebagai contoh, harga refraktor apokromatik merek Meade berdiameter 4" jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga teleskop reflektor Meade yang berukuran 16".
Mengapa begitu? Sebabnya adalah karena membuat lensa yang bermutu tinggi dan apokromat jauh lebih sulit dari pada membuat cermin, dan harga bahan baku yang bermutu tinggi untuk membuat lensa sangat mahal.
Yang harus diingat kalau kamu ingin membeli teleskop refraktor adalah jangan beli "department store telescope". Teleskop apa pula ini? Yang masuk dalam kategori ini adalah teleskop yang umumnya sering kita lihat dijual di department store atau toko kamera. Cara mengenalinya mudah, salah satunya adalah dengan melihat kemasannya. Pada bungkus atau kemasan dari teleskop kacangan ini umunya tertulis bahwa teleskop mempunyai kemampuan pembesaran sampai 500 x. Biasanya tertulis "500 x magnification. Bisa dipastikan bahwa kamu akan kecewa dengan teleskop seperti ini. Lebih baik uang yang ada dipakai untuk membeli binokuler.
Indikator lainnya adalah harga. Jangan pernah membeli teleskop yang harganya di bawah $300. Teleskop kacangan ini umunya dijual dengan harga murah, kurang dari $200.
2. Reflektor
Teleskop Reflektor (pemantul) yang paling populer adalah Newtonian. Diberi nama Newtonian karena yang desain teleskop ini ditemukan oleh Isaac Newton.
Reflektor Newtonian tidak mempergunakan lensa sebagai obyektifnya tetapi mempergunakan cermin. Cara kerjanya adalah sebagai berikut: Satu cermin cekung atau sering disebut cermin primer diletakkan di bagian bawah tabung teleskop (dalam animasi di sini di sebelah kanan), cermin primer ini memantulkan cahaya yang memasuki tabung (dalam animasi dari sebelah kiri) ke cermin kedua yang datar (cemin sekunder) yang letaknya di bagaian atas tabung. Cermin kedua ini kemudian mngarahkan cahaya tadi ke fokus yang arahnya di sebelah sisi tabung.
Teleskop jenis inilah yang sering dibuat oleh pembuat teleskop amatir.
3. Katadioptrik
Teleskop Katadioptrik adalah seperti perpaduan dari pemantul dan pembias, meskipun tidak persis demikian. Katadioptrik mempergunakan lensa korektor dan dua cermin. Lensa korektor terletak pada bagian depan tabung, dan cermin primer yang terletak pada bagian belakang tabung. Sedangkan cermin sekundernya diletakkan di tengah lensa korektor.
Cara kerjanya, cahaya memasuki tabung melewati lensa korektor menuju ke cermin primer (cermin cekung). Dari cermin primer cahaya dipantulkan ke cermin cembung sekunder yang terletak di tengah lensa korektor. Cermin cembung kemudian memantulkan cahaya tadi ke fokus yang letaknya dibagian belakang tabung.
Dua jenis katadioptrik yang populer adalh Schmidt-Cassegrain dan Maksutov-Cassegrain.
HAL-HAL LAIN YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN
Selain mengetahui teleskop macam apa yang akan dibeli, ada beberapa hal lain yang harus diketahui dan dipertimbangkan, yaitu:
1. Jenis Penyangga Teleskop
Ada dua jenis penyangga (mount) untuk teleskop. Yang pertama adalah penyangga tipe alt-azimut dan yang kedua adalah penyangga tipe ekuatorial. Keduanya masih mempunyai beberapa variasi lainnya.
Teleskop dengan penyangga tipe alt-azimut bergerak secara vertikal dan horizontal (atas-bawah, kiri-kanan). Penyangga jenis ini tidak mengikuti gerakan bintang di langit, karena itu teleskop harus setiap saat digerakkan dengan cara mendorong tabung teleskop.
Tipe yang kedua adalah tipe ekuatorial. Penyangga tipe ini secara otomatis dapat mengikuti gerakan bintang di langit. Penyangga ini dilengkapi dengan motor penggerak yang menggerakkan teleskop ke arah yang berlawanan dengan arah perputaran (rotasi) bumi. Dengan demikian, teleskop selalu mengikuti gerakan bintang.
Kalau kamu punya rencana untuk menekuni Astrofotografi, ada baiknya kamu membeli teleskop dengan penyangga tipe ekuatorial.
Atau, kalau kamu ingin menekuni Astrofotografi dan juga temasuk orang yang suka mempelajari hal-hal baru, saran saya adalah untuk membeli teleskop dengan penyangga alt-azimut dan memasng sendiri motor penggeraknya. Saya pikir alternatif yang kedua ini jauh lebih murah dan uang yang ada bisa dipakai untuk membeli okuler (eyepieces) yang bermutu.
2. Apperture
Saya mengalami kesulitan mencari terjemahan dari "apperture", karena itu saya akan tetap memakai istilah ini. Apperture adalah diameter dari obyektif teleskop, baik obyektif tu berupa lensa maupun cermin. Jadi kalau kamu lihat teleskop dengan spesifikasi 4" atau 10 cm, berarti teleskop tersebut mempunyai obyektif dengan diamter 4" atau 10 cm.
Diameter dari obyektif teleskop ini berkaitan langsung dengan kemampuan teleskop untuk mengumpulkan cahaya. Coba bandingkan dua teleskop yang mempunyai kualitas optik yang sama tetapi mempunyai diameter obyektif yang berbeda. Misalnya yang pertam berdiamter 4" dan yang kedua berdiamter 6". Melalui teleskop yang obyektifnya berdiameter 6" kamu akan melihat lebih banyak bintang daripada kalau kamu melihat dengan teleskop yang obyektifnya berukuran 4". Hal ini disebabkan karena obyektif berukuran 6" mengumpulkan lebih banyak cahaya dari pada yang 4". Begitu juga obyektif yang berukuran 8" akan mengumpulkan lebih banyak cahaya daripada yang 6", dan seterusnya.
Yang perlu diingat adalah bahwa semakin besar diamter obyektifnya, semakin banyak cahaya yang dikumpulkan. Dan semakin banyak cahaya yang terkumpul, semakin banyak bintang yang bisa terlihat.
"Jadi sebaiknya saya membeli teleskop yang ukurannya sebesar mungkin dong?"
Jawabannya, belum tentu. Karena masih ada hal lain yang harus dipertimbangkan.
3. Portabilitas dan Stabilitas
Portabilitas dan stabilitas harus dipertimbangkan dengan seksama dalam memilih teleskop. Menurut saya, dua hal ini adalah hal yang paling penting sesudah kualitas optik.
Untuk memberi gambaran pentingnya portabiltas dan stabilitas, mari kita bayangkan hal ini.
Kamu merencanakan untuk membeli teleskop dan karena uang bukan masalah, kamu ingin beli teleskop yang paling canggih, teleskop yang dikendalikan komputer. Teleskop yang bisa mengarah ke mana saja hanya dengan memasukkan koordinat obyek.
Dan karena kamu sudah dengar tentang kemampuan mengumpulkan cahaya serta bagaimana bagusnya pemandangan langit malam dilihat melalui teleskop besar, kamu putuskan untuk membeli teleskop Schmidt-Cassegrain berukuran 12.5 inchi. Teleskop yang besar (dan berat tentunya) dengan tripod dan penyangga yang kokoh, yang akan memberikan pemandangan yang indah.
Teleskop akhirnya tiba. Dengan bersemangat kamu hapalkan semua petunjuk cara pemakaian dan setelah hapal langsung bersiap-siap untuk melakukan observasi.
Kamu sudah mempersiapkan tempat di halaman belakang rumah untuk observasi dan sekarang hanya tinggal masalah membawa teleskop ke belakang rumah yang mungkin jaraknya cuma 10 meter.
Karena untuk dibawa sekaligus teleskop tadi terlalu berat (beratnya mungkin sekitar 40 kg) kamu lepaskan teleskop tersebut menjadi tiga bagian, yaitu tabung teleskop, tripod dan wedge.
Pertama kamu bawa tripod ke halaman belakang dan dipasang. Setelah tripod terpasang, kamu kembali ke dalam rumah untuk mengambil wedge-nya. Kamu pasang wedge di tripod dan kembali lagi ke dalam untuk mengambil tabung teleskop. Setelah itu kamu pasang tabung teleskop pada tripod dan wedge. Tiga kali pulang pergi dari dalam rumah ke halaman, dan sebaliknya.
Setelah puas mengamati bintang, kamu bongkar lagi teleskop tadi dan melakukan upacara yang sama menggotong teleskop dan bagian-bagiannya ke dalam rumah. Tiga kali bolak-balik.
Untuk beberapa waktu, rutinitas seperti ini (menggotong-gotong teleskop) bukan masalah buat kamu. dan saya harap hal ini tidak pernah akan menjadi masalah.
Tetapi, kemungkinan besar setelah beberapa saat hal ini akan menjadi masalah. Jangan heran kalau suatu saat kamu merasa malas untuk observasi dan akhirnya semakin jarang meluangkan waktu untuk mengamati bintang.
Jangan pula heran kalau akhirnya kamu punya alasan seperti "Ah, saya terlalu capek malam ini, saya observasi besok malam saja ah." Jangan pernah beranggapan bahwa hal seperti ini tidak akan terjadi pada kamu. Hal ini pernah saya alami.
Dulu setiap kali akan melakukan observasi saya harus ke luar ke halaman belakang yang jaraknya sekitar 20 meter dari rumah. Teleskop saya tidak terlalu besar, tapi juga tidak kecil. Membawanya dalam keadaan utuh siap pakai, amat susah. Saya tidak sekekar Arnold Schwarzenegger, jadi setiap kali akan melakukan observasi teleskop itu saya lepas menjadi dua bagian yaitu tabung dengan wedge-nya dan tripod. Pertama saya bawa tripod ke halaman belakang, saya pasang di sana dan kemudian kembali lagi ke dalam rumah untuk mengambil tabung dan wedge-nya. Kemudian saya pasang.
Bongkar teleskop menjadi dua bagian, pulang pergi dari dan ke halaman dua kali, pasang teleskop, observasi dan sesudah observasi bongkar lagi menjadi dua bagian, pulang pergi lagi dua kali untuk membawa teleskop ke dalam rumah, di dalam rumah saya pasang lagi teleskopnya dan tutup dengan kantong plastik.
Seperti itu rutinitas yang saya lakukan setap kali melakukan observasi. Sampai suatu saat saya merasa malas, makin berkurang melakukan observasi dan akhirnya selama 6 bulan saya tidak menyentuh teleskop saya sama sekali. Dan teleskop saya tidak terlalu besar, hanya berukuran 8"!!
Saya tidak bermaksud untuk menakut-nakuti, saya hanya mengingatkan kemungkinan yang mungkin terjadi. Kalau itu tidak terjadi, saya ikut berbahagia.
Seperti yang telah saya katakan, portabilitas dan stabilitas amatlah penting. Dengan teleskop yang portabel (mudah dibawa-bawa) kita bisa setiap saat melakukan observasi. Dengan teleskop yang portabel, kita hanya butuh waktu sebentar untuk mempersiapkannya. Teleskop yang portabel juga mudah dibawa kemana kita pergi.
Namun demikian, kita memerlukan teleskop yang stabil dan kokoh supaya selama observasi kita tidak terganggu oleh guncangan atau vibrasi teleskop. Teleskop yang tidak stabil dan tidak kokoh hanya akan membawa frustrasi karena setiap kali teleskop digerakkan atau tersentuh sedikit saja, bintang yang terlihat melalui teleskop akan bergerak tidak karuan. Kita tidak akan melihat bintang sebagai titik-titik cahaya di langit, tetapi kita akan melihat titik-titik cahaya yang bergerak naik turun, ke kiri ke kanan. Akhirnya yang tinggal hanya rasxa jengkel dan frustrasi dan minat kita pada astronomi akan hilang.
Jadi, kalau kamu ingin membeli teleskop, belilah teleskop yang portabel dan punya penyangga yang kokoh. Kalau kamu punya teleskop yang portabel teleskop itu akan sering kamu pakai, karena untuk memasang dan membawanya tidak diperlukan usaha yang besar. Dan kalau penyangga teleskop mu kokoh, goncangan atau sentuhan tidak akan mengganggu. Kamu hanya akan melihat bintang-bintang sebagai titik-titik cahaya yang diam, bukan titik-titik cahaya yang berloncatan kian kemari.
Friday, June 8, 2007
Astronomi Amatir
Posted by haikal hakim baiqunni at 1:42 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comments:
nice article. tambahan saja, aperture itu terjemahannya: bukaan.
salam
azfa
Post a Comment