CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Tuesday, July 10, 2007

EPISODE PEMBENTUKAN ATOM

Alam semesta, dengan dimensi yang luasnya tak terjangkau pemahaman manusia, berfungsi pada keseimbangan yang sensitif tanpa pernah gagal. Alam semesta juga berfungsi dengan keteraturan terencana, dan sudah demikian sejak awal pembentukannya. Bagaimana alam raya yang luas ini terwujud, akan menuju ke mana, dan bagaimana hukum-hukum alam bekerja mempertahankan keteraturan dan keseimbangan di dalamnya, selalu menjadi perhatian manusia sejak dulu sampai sekarang. Para ilmuwan telah melakukan penelitian tak terhitung banyaknya mengenai subjek ini dan menghasilkan pelbagai teori dan pendapat. Bagi para ilmuwan yang mengukur rancangan dan keteraturan alam semesta dengan menggunakan akal dan kesadaran mereka, tidaklah susah sama sekali untuk menjelaskan kesempurnaan ini. Ini karena Allah, Zat Mahakuasa, Penguasa seluruh jagat raya, yang menciptakan rancangan sempurna ini. Dan ini sangatlah jelas bagi semua orang yang mau berpikir dan bernalar. Allah menyebutkan kebenaran nyata ini dalam ayat Al Quran:

“Sesungguhnya dalam penciptaaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali ‘Imran, 3: 190)

Akan tetapi, para ilmuwan yang tidak mengindahkan bukti penciptaan itu mengalami kesulitan besar dalam menjawab pertanyaan yang tak ada habisnya ini. Mereka tidak ragu menggunakan segala cara seperti menghasut, membuat teori-teori palsu tanpa dasar ilmiah apa pun. Bila tersudut, mereka bahkan menipu untuk mempertahankan teori-teori yang bertentangan sepenuhnya dengan kenyataan. Namun seluruh perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi hingga awal abad ke-21, membawa kita pada sebuah fakta tunggal; alam semesta diciptakan dari ketiadaan oleh Allah yang Mahakuasa dan Maha Mengetahui.

Sir Fred Hoyle

Penciptaan Alam Semesta

Selama berabad-abad, orang mencari jawaban untuk pertanyaan “bagaimana asal-usul alam semesta”. Beribu-ribu model alam semesta telah diajukan dan beribu-ribu teori telah dihasilkan di sepanjang sejarah. Namun tinjauan terhadap semua teori ini mengungkapkan bahwa pada intinya mereka hanya terbagi dalam dua model berbeda. Yang pertama adalah konsep alam semesta tak terbatas tanpa permulaan, yang tidak lagi memiliki dasar ilmiah apa pun. Yang kedua adalah bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan, yang sekarang ini dikenal dalam masyarakat ilmiah sebagai “model standar”.

Model pertama, yang telah terbukti tak dapat bertahan, menyatakan bahwa alam semesta telah ada sejak waktu yang tak terbatas dan akan terus bertahan dalam keadaannya yang sekarang ini. Gagasan alam semesta tak terbatas ini telah berkembang sejak zaman Yunani kuno, dan telah menyebar ke dunia barat sebagai hasil filosofi materialistis dan telah dibangkitkan kembali dengan Renaisans. Inti Renaisans adalah pengkajian kembali hasil kerja para pemikir Yunani kuno. Jadi, filosofi materialis dan konsep alam semesta tak terbatas yang dididukung oleh filosofi ini dicomot dari rak sejarah yang berdebu oleh kepentingan ideologis dan filosofis, dan disampaikan pada manusia sebagai fakta-fakta ilmiah.

Penganut materialisme seperti Karl Marx dan Friedrich Engels dengan penuh semangat merangkul gagasan itu, yang jelas menyediakan dasar-dasar kuat untuk ideologi materialistis mereka. Dengan demikian keduanya memainkan peran penting dalam memperkenalkan model ini pada abad ke-20.

Menurut model “alam semesta tak terbatas”- yang sangat populer di paro pertama abad ke-20 - alam semesta tidak memiliki awal maupun akhir. Alam semesta tidak pernah diciptakan dari tidak ada menjadi ada, tidak pula akan hancur. Menurut teori ini, yang juga menjadi dasar untuk filosofi materialis, alam semesta memiliki struktur yang statis. Namun, temuan-temuan ilmiah belakangan menyatakan bahwa teori ini sama sekali salah dan tidak ilmiah. Alam semesta tidak akan ada tanpa awal; alam semesta ini bermula dan telah diciptakan dari ketiadaan.

Gagasan bahwa alam semesta ini tak terbatas, yaitu tidak berawal, selalu menjadi titik awal ateisme dan ideologi yang mengingkari Allah. Ini karena dalam pandangan mereka, bila alam semesta ini tak berawal, berarti tidak ada yang menciptakan. Namun ilmu pengetahuan segera mengungkapkan bukti pasti bahwa argumen-argumen materialis ini tidak berlaku, dan alam semesta diawali dengan sebuah ledakan dahsyat yang disebut Big Bang. Muncul dari sesuatu yang tidak ada hanya berarti satu hal: “Penciptaan”. Allah, Yang Mahakuasa, menciptakan seluruh alam semesta.

Ahli astronomi Inggris ternama, Sir Fred Hoyle, adalah salah seorang ilmuwan yang penasaran dengan fakta ini. Dengan teori “steady-state”-nya, Hoyle menerima bahwa alam semesta mengalami perluasan, tetapi tetap berkeras bahwa alam semesta tidak terbatas dalam skalanya dan tanpa awal maupun akhir. Menurut model ini, ketika alam semesta meluas, materi muncul secara spontan dan dalam kuantitas sebesar yang dibutuhan. Teori ini, yang berlandaskan pada premis-premis yang sangat tidak praktis atau sulit, dan yang diajukan dengan kepentingan tunggal untuk mendukung gagasan “alam semesta tak terbatas tanpa awal atau akhir”, bertolak belakang dengan teori Big Bang. Padahal teori Big Bang secara ilmiah telah terbukti dengan sejumlah besar pengamatan. Hoyle dan yang lainnya terus mengingkarinya, namun semua perkembangan ilmu alam menyatakan sebaliknya.

Big Bang dan Perluasan Alam Semesta


Alam semesta terbentuk melalui sebuah ledakan besar (Big Bang). Kesempurnaan sistem alam semesta saat ini berawal dari hamburan partikel dan gaya yang tersusun dalam keharmonisan dan keteraturan yang luar biasa sejak tahap awal ledakan besar ini.

Pada abad ke-20, terjadi lompatan besar di bidang astronomi. Pertama, pada tahun 1922, eorang ahli fisika Rusia, Alexandre Friedmann, menemukan bahwa alam semesta tidak memiliki struktur yang statis. Berpijak pada Teori Relativitas Einstein, Friedmann menghitung bahwa sebuah impuls kecil saja dapat mengakibatkan alam semesta meluas atau mengerut. Georges Lemaître, salah seorang ahli astronomi terkenal Belgia, adalah yang pertama kali menyadari pentingnya hitungan ini. Hitungan ini membawanya pada kesimpulan bahwa alam semesta memiliki awal dan terus-menerus meluas sejak permulaan. Ada hal penting lainnya yang diangkat Lemaître: menurutnya, seharusnya ada kelebihan radiasi yang tertinggal dari Big Bang dan ini dapat dilacak. Lemaître yakin bahwa penjelasannya benar walaupun pada awalnya tidak mendapat banyak dukungan dari kalangan ilmuwan. Sementara itu, bukti lebih lanjut bahwa alam semesta meluas mulai bermunculan. Pada waktu itu, Edwin Hubble, seorang ahli astronomi dari Amerika, yang mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasanya, menemukan bahwa bintang-bintang memancarkan cahaya geser merah (red shift) tergantung jarak mereka. Dengan temuan ini, yang diperolehnya di Observatorium Mount Wilson, California, Hubble menantang seluruh ilmuwan yang mengajukan dan membela teori “keadaan-tetap” (steady-state), dan mengguncangkan pondasi model alam semesta yang dianut saat itu.


Georges Lemaître

Temuan-temuan Hubble bergantung pada aturan fisika bahwa spektrum cahaya yang bergerak menuju titik pengamatan cenderung mendekati ungu, sementara spektrum cahaya yang bergerak meninggalkan titik pengamatan cenderung mendekati merah. Ini menunjukkan bahwa benda-benda angkasa yang diamati dari Observatorium Mount Wilson California bergerak menjauhi bumi. Pengamatan selanjutnya mengungkapkan bahwa bintang dan galaksi tidak hanya bergerak menjauhi kita tetapi juga saling menjauhi satu sama lain. Pergerakan benda-benda angkasa ini sekali lagi membuktikan bahwa alam semesta meluas. Dalam buku Stephen Hawking’s Universe, David Filkin menyatakan gagasan menarik tentang perkembangan ini:

Dalam dua tahun, Lemaître mendengar berita yang selama ini berharap pun dia tak berani. Hubble telah mengamati bahwa cahaya dari galaksi adalah geser merah, dan menurut efek Doppler, ini berarti bahwa alam semesta meluas. Kini, ini hanya soal waktu. Einstein tertarik pada kerja Hubble dan memutuskan untuk mengunjunginya di Observatorium Mount Wilson. Pada saat yang sama, Lemaître memberikan kuliah di Institut Teknologi California, dan berhasil menyudutkan sekaligus Hubble dan Einstein. Dia mengajukan teori “atom primitif”-nya dengan hati-hati, selangkah demi selangkah, meyakinkan bahwa seluruh alam semesta telah diciptakan “pada hari yang tidak memiliki hari kemarin”. Dengan sangat saksama, dia menjelaskan seluruh perhitungan matematikanya. Ketika selesai, dia tidak dapat memercayai telinganya sendiri. Einstein berdiri dan menyatakan bahwa apa yang baru saja didengarnya adalah “interpretasi yang paling indah dan paling memuaskan yang pernah kudengar” dan selanjutnya mengakui bahwa menciptakan “konstanta kosmologis” adalah “kesalahan terbesar” dalam hidupnya.



Bawah: Analisis cahaya dua bintang Alpha Centauri selama beberapa waktu menunjukkan serangkaian perubahan pada spektrumnya. Perubahan cahaya geser merah dan biru menunjukkan gambar dua bintang yang menyelesaikan orbit mengitari satu sama lain sekali setiap 80 tahun.


Edwin Hubble



Fakta yang telah mengejutkan Einstein, yang dianggap sebagai salah satu ilmuwan terpenting dalam sejarah, adalah bahwa alam semesta mempunyai permulaan.


Albert Einstein, ketika berkunjung ke Observatorium Wilson, tempat Edwin Hubble melakukan pengamatannya.

Pengamatan lebih jauh pada perluasan alam semesta telah membuka jalan bagi pendapat-pendapat baru. Sejak saat itu, para ilmuwan sampai pada model alam semesta yang semakin kecil apabila seseorang kembali ke masa lampau, dan pada akhirnya mengerut dan konvergen pada satu titik, seperti yang dikemukakan Lemaître. Kesimpulan yang dapat diturunkan dari model ini adalah bahwa pada suatu masa, semua benda alam semesta memadat dalam sebuah titik-massa tunggal yang memiliki “volume nol” karena gaya gravitasinya yang sangat besar. Alam semesta kita menjadi ada sebagai hasil dari ledakan titik-massa yang memiliki “volume nol” ini. Ledakan ini disebut “Big Bang”.


Menurut efek Doppler, bila galaksi berjarak tetap dari bumi, spektrum gelombang cahaya akan muncul pada posisi standar (atas). Bila galaksi bergerak menjauhi kita, gelombang itu akan tampak meregang dan geser merah (tengah). Bila galaksi bergerak menuju kita, gelombang akan tampak menciut dan geser biru (bawah).

Big Bang menunjukkan hal lain. Mengatakan bahwa sesuatu memiliki volume nol itu berarti sama dengan mengatakan bahwa sesuatu itu “tidak ada”. Seluruh alam semesta ini diciptakan dari sesuatu yang “tidak ada” ini. Selanjutnya, alam semesta ini memiliki awal, bertolak belakang dengan pandangan materialisme, yang beranggapan bahwa “alam semesta adalah kekal”.

Big Bang dengan Bukti


Begitu ditetapkan kenyataan bahwa alam semesta mulai terbentuk setelah sebuah ledakan besar, para ahli astrofisika mencapai kemajuan pesat dalam penelitian-penelitian mereka. Menurut George Gamow, apabila alam semesta terbentuk dalam ledakan besar dan tiba-tiba, pastilah tertinggal sejumlah radiasi dari ledakan tersebut yang menyebar rata di seluruh alam semesta.

Pada tahun-tahun setelah hipotesis ini disampaikan, temuan-temuan ilmiah susul-menyusul terjadi, dan semuanya membuktikan kebenaran Big Bang. Pada tahun 1965, dua orang peneliti bernama Arno Penzias dan Robert Wilson menemukan suatu bentuk radiasi yang hingga saat itu tak teramati, yang disebut sebagai “radiasi latar belakang kosmis”. Radiasi ini tidak seperti benda-benda alam semesta lainnya karena keseragamannya yang luar biasa. Radiasi ini tidak terlokalisasi, juga tidak memiliki sumber yang jelas; justru tersebar merata di mana-mana. Segera disadari bahwa radiasi ini adalah peninggalan Big Bang, yang masih memancar sejak ledakan besar itu terjadi. Gamow telah meneliti frekuensi radiasi tersebut, dan menemukan bahwa besarnya mendekati nilai yang telah diramalkan oleh para ilmuwan. Penzias dan Wilson dianugerahi Penghargaan Nobel atas temuan mereka itu.


Tanduk Antena raksasa di Laboratorium Bell di mana Arno Penzias dan Robert Wilson menemukan radiasi latar belakang kosmis. Penzias dan Wilson menerima penghargan Nobel untuk temuan ini pada tahun 1978.

George Smoot dan tim NASA-nya hanya membutuhkan waktu delapan menit untuk mencocokkan tingkatan-tingkatan radiasi yang dilaporkan oleh Penzias dan Wilson, berkat satelit ruang angkasa COBE. Sensor-sensor yang sensitif pada satelit berhasil memberikan kemenangan baru bagi teori Big Bang. Sensor-sensor itu membenarkan keberadaan suatu bentuk yang rapat dan panas sisa dari Big Bang. COBE memotret sisa-sisa nyata dari Big Bang, dan kelompok ilmuwan dipaksa mengakuinya.

Bukti lainnya berhubungan dengan jumlah relatif Hidrogen dan Helium di alam semesta. Perhitungan menunjukkan bahwa proporsi gas hidrogen-helium di alam semesta cocok dengan hitungan teoretis dari apa yang seharusnya tersisa setelah Big Bang.

Penemuan bukti penting ini menyebabkan teori Big Bang diterima sepenuhnya oleh dunia ilmiah. Dalam sebuah artikel di Scientific American yang terbit bulan Oktober 1994 disampaikan bahwa “model Big Bang adalah satu-satunya model yang diakui pada abad ke-20″.

Satu persatu, pengakuan mulai berdatangan dari nama-nama yang mempertahankan konsep “alam semesta tak terbatas” selama bertahun-tahun. Dennis Sciama, yang mempertahankan teori “steady-state” bersama Fred Hoyle, menggambarkan situasi mereka setelah pembuktian Big Bang. Dia berkata bahwa mulanya dia mendukung Hoyle tetapi, setelah bukti mulai menumpuk, dia harus mengakui bahwa permainan ini telah selesai dan teori steady-state harus dibuang.


Peluncuran satelit COBE mensubstansikan lebih lanjut bahwa alam semesta terbentuk dari suatu ledakan besar.

Allah Menciptakan Alam Semesta dari Ketiadaan

Dengan banyaknya bukti yang ditemukan sains, pendapat yang berhubungan dengan “alam semesta tak terbatas” disingkirkan ke tumpukan sampah sejarah gagasan ilmiah. Namun, pertanyaan-pertanyaan yang lebih penting bermunculan: Apa yang ada sebelum sebelum Big Bang? Kekuatan apa kiranya yang dapat menyebabkan ledakan raksasa yang menghasilkan alam semesta yang sebelumnya tidak ada?

Ada satu jawaban yang dapat diberikan untuk pertanyaan apa yang ada sebelum Big Bang: Allah, Yang Mahakuasa, yang menciptakan bumi dan langit dalam keteraturan sempurna. Banyak ilmuwan, terlepas dari mereka beriman atau tidak, terpaksa mengakui kebenaran ini. Walaupun mereka mungkin menolak untuk mengakui kenyataan ini dalam media ilmiah, pengakuan mereka secara tersirat membongkar rahasia mereka. Anthony Flews, seorang filosof ateis terkenal, berkata:

Jelas sekali, pengakuan itu baik bagi jiwa. Oleh karena itu, saya akan mulai dengan mengakui bahwa penganut ateis Stratonis harus merasa malu dengan konsensus kosmologis dewasa ini. Karena tampaknya para ahli kosmologi menyediakan bukti ilmiah untuk apa yang dianggap St. Thomas tidak terbukti secara filosofis; yaitu, bahwa alam semesta mempunyai permulaan. Selama alam semesta dapat dengan mudah dianggap tidak hanya tanpa akhir, namun juga tanpa permulaan, akan tetap mudah untuk mendesak bahwa keberadaannya yang tiba-tiba, dan apa pun yang ditemukan menjadi ciri-cirinya yang paling mendasar, harus diterima sebagai penjelasan akhir. Meskipun saya mempercayai bahwa teori itu (alam semesta tanpa batas) masih benar, tentu saja tidak mudah atau nyaman untuk mempertahankan posisi ini di hadapan kisah Ledakan Besar.



Sebagian ilmuwan seperti H. P. Lipson, fisikawan Inggris yang materialis, mengakui bahwa mereka terpaksa menerima teori Big Bang:

Jika benda hidup bukan disebabkan oleh interaksi atom-atom, gaya-gaya alam, dan radiasi, bagaimana dia muncul? … Namun saya rasa, kita harus … mengakui bahwa satu-satunya penjelasan yang paling masuk akal adalah penciptaan. Saya tahu ini aib bagi para fisikawan, termasuk saya, tapi kita tidak boleh menolak apa yang tidak kita sukai bila bukti-bukti eksperimental mendukungnya.4

Kesimpulannya, sains menunjuk pada suatu realita tunggal apakah para ilmuwan materialis menyukainya atau tidak. Benda dan waktu diciptakan oleh Pencipta, Yang Mahakuasa, dan yang menciptakan langit, bumi dan segala sesuatu yang berada di antaranya: Mahakuasa Allah.

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath-Thalaaq, 65: 12)
Tanda-Tanda Al Quran

Selain menjelaskan alam semesta, model Big Bang mempunyai implikasi penting lain. Seperti yang ditunjukkan dalam kutipan dari Anthony Flew di atas, ilmu alam telah membuktikan pandangan yang selama ini hanya didukung oleh sumber-sumber agama.

Kebenaran yang dipertahankan oleh sumber-sumber agama adalah realitas penciptaan dari ketiadaan. Ini telah dinyatakan dalam kitab-kitab suci yang telah berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi manusia selama ribuan tahun. Dalam semua kitab suci seperti Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan Al Quran, dinyatakan bahwa alam semesta dan segala isinya diciptakan dari ketiadaan oleh Allah.

Dalam satu-satunya kitab Allah yang keutuhannya bertahan, Al Quran, terdapat pernyataan tentang penciptaan alam semesta dari ketiadaan, di samping bagaimana kemunculannya, yang sesuai dengan ilmu pengetahuan abad ke-20, meskipun diungkapkan 14 abad yang lalu.

Pertama, penciptaan alam semesta dari ketiadaan diungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut:

“Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al An’aam, 6: 101)
Aspek penting lain yang diungkapkan dalam Al Quran empat belas abad sebelum penemuan modern Big Bang dan temuan yang berkaitan dengannya adalah bahwa ketika diciptakan, alam semesta menempati volume yang sangat kecil:

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduannya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al Anbiyaa’, 22: 30)
Terjemahan ayat di atas mengandung pemilihan kata yang sangat penting dalam bahasa aslinya, bahasa Arab. Kata ratk diterjemahkan “suatu yang padu” yang berarti “bercampur, bersatu” dalam kamus bahasa Arab. Kata itu digunakan untuk merujuk dua zat berbeda yang menjadi satu. Frase “Kami pisahkan” diterjemahkan dari kata kerja bahasa Arab, fatk yang mengandung makna bahwa sesuatu terjadi dengan memisahkan atau menghancurkan struktur ratk. Tumbuhnya biji dari tanah adalah salah satu tindakan yang menggunakan kata kerja ini.

Mari kita tinjau lagi ayat tersebut dengan pengetahuan ini di benak kita. Dalam ayat itu, langit dan bumi pada mulanya berstatus ratk. Mereka dipisahkan (fatk) dengan satu muncul dari yang lainnya. Menariknya, para ahli kosmologi berbicara tentang “telur kosmik” yang mengandung semua materi di alam semesta sebelum Big Bang. Dengan kata lain, semua langit dan bumi terkandung dalam telur ini dalam kondisi ratk. Telur kosmik ini meledak dengan dahsyat menyebabkan materinya menjadi fatk dan dalam proses itu terciptalah struktur keseluruhan alam semesta.

Kebenaran lain yang terungkap dalam Al Quran adalah pengembangan jagat raya yang ditemukan pada akhir tahun 1920-an. Penemuan Hubble tentang geser merah dalam spektrum cahaya bintang diungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut:

“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (QS. Adz-Dzaariyat, 51: 47)

Singkatnya, temuan-temuan ilmu alam modern mengarah pada kebenaran yang dinyatakan dalam Al Quran dan tidak mendukung dogma materialis. Materialis boleh saja menyatakan bahwa semua itu “kebetulan” namun fakta yang jelas adalah bahwa alam semesta terjadi sebagai hasil penciptaan Allah dan satu-satunya pengetahuan yang benar tentang asal mula alam semesta ditemukan dalam sabda Allah yang diturunkan kepada kita.

Penciptaan Materi dari Momen ke Momen

Seperti yang telah ditunjukkan teori Big Bang sekali lagi, Allah menciptakan alam semesta dari tidak ada. Ledakan besar ini melibatkan banyak gradasi dan detail halus, mendorong manusia untuk berpikir, dan semua materi ini tidak bisa dijelaskan sebagai suatu kebetulan saja.

suhu pada setiap momen ledakan, jumlah partikel atom, gaya-gaya yang bekerja, dan intensitasnya, harus memiliki nilai yang sangat tepat. Bahkan jika satu nilai saja tidak tepat, alam semesta yang kita tinggali sekarang ini tak akan pernah terbentuk. Akhir seperti itu tak akan terelakkan jika satu saja dari nilai yang disebutkan di atas bergeser sedikit yang meskipun secara matematis hanya dinyatakan dengan nilai mendekati “0″.


Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, dan pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.
(QS. Al Hajj, 22: 18)

Pendek kata, alam semesta dan bahan penyusunnya, yaitu atom, yang sebelumnya tidak ada menjadi ada segera setelah Big Bang berkat keseimbangan yang telah diciptakan oleh Allah ini. Para ilmuwan melakukan banyak penelitian untuk memahami kronologis kejadian-kejadian yang berlangsung selama proses ini dan pengaturan hukum-hukum fisika yang bekerja pada setiap fase. Fakta-fakta yang sekarang diakui para ilmuwan yang telah bergelut di bidang ini adalah sebagai berikut:

Momen “0″: “Momen” ini adalah momen ketika materi dan waktu belum ada, dan ketika ledakan berlangsung, yang dalam fisika disebut sebagai t (waktu) = 0. Ini berarti bahwa tak ada apa-apa pada saat t = 0 ini. Untuk mendapatkan gambaran kejadian sebelum “momen” - ketika penciptaan dimulai - ini, kita harus tahu hukum-hukum fisika yang ada saat itu, karena hukum-hukum fisika yang berlaku sekarang tidak mencakup momen awal ledakan.

Kejadian-kejadian yang mungkin didefinisikan oleh para ahli fisika dimulai pada 10-43 detik, yang merupakan unit waktu terkecil. Ini adalah frame waktu yang sulit diterima daya pikir manusia. Apa yang terjadi dalam periode waktu sangat kecil, yang bahkan tidak bisa kita pahami ini? Para ahli fisika sampai kini masih belum mampu mengembangkan teori yang menjelaskan dengan detail lengkap kejadian-kejadian pada momen itu.5

Ini karena para ilmuwan tidak memiliki data yang dibutuhkan untuk membuat perhitungan. Aturan matematika dan fisika menemui kebuntuan pada batasan tersebut. Jadi, kejadian sebelum ledakan dan pada momen pertama ledakan, yang setiap detailnya bersandar pada keseimbangan rumit, mengandung realita di luar batasan pikiran manusia dan ilmu fisika.

Penciptaan ini, yang dimulai sebelum adanya waktu, mengarahkan momen demi momen pada pembentukan materi alam semesta dan hukum-hukum fisika. Sekarang mari kita cermati peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan ketepatan luar biasa dalam waktu yang sangat singkat selama ledakan ini.

Sebagaimana disebutkan di atas, dalam ilmu fisika, segala sesuatu dapat dihitung dari 10-43 detik dan seterusnya, dan energi serta waktu dapat didefinisikan hanya setelah waktu ini. Pada saat terjadinya penciptaan, suhu men-capai 1032 (100.000.000.000.000.000.000. 000.000.000.000) Kelvin. Sebagai pemban-dingnya, derajat suhu matahari dinyatakan dalam satuan juta (108) dan derajat suhu beberapa bintang lainnya yang jauh lebih besar dari matahari dinyatakan dalam satuan milyar (1011). Bahwa suhu tertinggi yang dapat diukur saat ini terbatas dalam milyaran derajat, mengungkapkan betapa tinggi suhu pada 10-43 detik.

l Bila kita meninjau selangkah ke depan dari periode 10-43 detik ini, kita sampai pada titik ketika waktu berada pada 10-37 detik. Selang waktu antara dua periode ini tidak seperti satu atau dua detik saja. Kita berbicara mengenai selang waktu sesingkat satu per quadrilliun-kali-quadrilliun detik, suhu masih luar biasa tinggi, yaitu 1029 (100.000.000.000.000.000.000.000.000.000) K. Tak satu atom pun tercipta pada fase ini.6

l Satu langkah lagi, kita sampai pada 10-2 detik. Periode waktu ini mengindikasikan seperseratus detik. Saat ini, suhu seratus milyar derajat. Pada titik ini, “alam semesta awal” mulai terbentuk. Partikel-partikel seperti proton dan netron yang membentuk inti atom belum lagi muncul. Hanya ada elektron dan anti-partikelnya, positron (anti-elektron), karena temperatur dan kecepatan alam semesta pada titik ini hanya memungkinkan pembentukan partikel-partikel ini. Kurang dari sedetik setelah ledakan terjadi, terbentuklah elektron-elektron dan positron-positron.

Mulai dari momen ini dan seterusnya, waktu pembentukan setiap partikel sub-atom sangatlah penting. Setiap partikel harus muncul pada momen yang tepat sehingga hukum-hukum fisika yang sekarang dapat terbentuk. Pemilihan partikel apa yang terbentuk terlebih dahulu sangat penting. Bahkan sedikit saja penyimpangan dalam urutan atau waktu, akan menggagalkan pembentukan alam semesta menjadi sekarang ini.

Mari kita berhenti sejenak dan berpikir.

Teori Big Bang memberikan bukti keberadaan Allah dengan menunjukkan bahwa semua materi yang membentuk alam semesta berasal dari ketidakadaan. Bahkan teori ini menunjukkan bahwa bahan penyusun - yaitu atom-atom - juga menjadi ada dalam waktu kurang dari satu detik setelah Big Bang.

Keseimbangan dan keteraturan yang luar biasa dalam partikel-partikel ini layak dijelaskan. Alam semesta mendapatkan kondisinya yang sekarang ini berkat keseimbangan ini, yang akan digambarkan lebih terrinci pada halaman-halaman berikutnya. Keseimbangan ini pula yang membuat kita hidup damai. Pendeknya, pengaturan yang sempurna dan hukum-hukum yang konsisten, “hukum-hukum fisika”, telah terbentuk dari ledakan yang biasanya menghasilkan kekacauan dan ketidak-teraturan. Ini membuktikan bahwa setiap momen yang menyertai penciptaan alam semesta, termasuk Big Bang, telah dirancang dengan sempurna. Sekarang, mari kita melihat perkembangan selanjutnya.

l Langkah berikutnya adalah momen ketika waktu telah berselang 10-1 detik. Pada saat ini, suhu adalah 30 milyar derajat. Belum lagi satu detik terlewati dari t=0 ke tahap ini. Saat ini, netron, proton dan partikel atom lainnya mulai muncul. Netron dan proton - struktur yang akan kita analisis pada bab berikutnya - diciptakan dari yang tidak ada dalam periode waktu yang bahkan lebih pendek dari satu detik.

l Mari kita perhatikan detik pertama setelah ledakan. Kerapatan masif/kepadatan (massive density) pada waktu itu memberikan angka sangat besar. Menurut perhitungan, nilai kepadatan massa pada tahap ini adalah 3,8 milyar kilogram per liter. Mudah saja menyatakan angka ini dalam milyaran kilogram secara aritmetik dan menunjukkannya di atas kertas. Tapi sangatlah tidak mungkin membayangkannya dengan tepat. Untuk memberikan contoh sederhana agar besarnya angka ini dapat dibayangkan, kita dapat mengatakan “jika gunung Everest di Himalaya memiliki kepadatan seperti ini, ia akan menelan bumi kita seketika dengan gaya gravitasi yang dimilikinya.”7



Atom Hidrogen


Atom Helium
l Karakteristik paling istimewa dari momen-momen berikutnya adalah, pada saat itu, suhu telah mencapai tingkat lebih rendah. Pada tahap ini alam semesta telah berusia kira-kira 14 detik, memiliki suhu 3 milyar derajat dan terus meluas dengan kecepatan luar biasa.

Ini adalah stadium di mana inti atom yang stabil, seperti inti Hidrogen dan Helium, mulai terbentuk. Satu proton dan satu netron untuk pertama kalinya telah menemukan kondisi yang kondusif untuk kebersamaan mereka. Dua partikel ini yang mempunyai massa kecil sekali - antara ada dan tidak ada - namun karena gaya gravitasi, mulai menahan kecepatan perluasan yang sangat hebat. Tampak jelas, sebuah proses yang dramatis sadar dan terkendali sedang berlangsung di sini. Sebuah ledakan padat memberikan jalan ke suatu keseimbangan yang hebat dan aturan yang tepat. Proton dan netron telah mulai berkumpul untuk membentuk atom, balok penyusun zat. Jelas tidaklah mungkin bagi par-tikel-partikel ini untuk memiliki kekuatan dan kesadaran untuk membangun keseimbangan yang dibutuhkan untuk pembentukan zat.

l Dalam periode setelah pembentukan ini, suhu alam semesta telah turun 1 milyar derajat. Suhu ini enam puluh kali lebih besar daripada suhu inti matahari kita. Hanya tiga menit dan dua detik berselang dari momen pertama ke momen ini. Saat ini, partikel sub-atomik seperti foton, proton, anti-proton, netron, dan anti-netron berjumlah banyak sekali. Kuantitas semua partikel yang ada dalam fase ini dan interaksi mereka terhadap satu sama lain sangat kritis. Begitu banyaknya sehingga penyimpangan sedikit saja kuantitas partikel mana pun akan merusak tingkat energi yang telah mereka atur dan mencegah perubahan energi menjadi materi.

Ambil elektron dan positron sebagai contoh: bila elek-tron dan positron bergabung, energi akan dihasilkan. Untuk itu, jumlah kedua partikel itu sangat penting. Katakanlah bahwa 10 unit elektron bertemu dengan 8 unit positron. Dalam kasus ini, 8 dari 10 unit elektron tadi berinteraksi dengan 8 unit positron dan menghasilkan energi. Dan sebagai hasilnya, dua unit elektron dilepaskan. Karena elektron adalah salah satu partikel yang membentuk atom, bahan penyusun alam semesta, maka elektron harus tersedia sejumlah yang dibutuhkan dalam fase ini agar alam semesta terbentuk. Dari contoh di atas, bila jumlah positron lebih banyak daripada elektron, maka alih-alih elektron, positronlah yang akan tersisa sebagai hasil dari energi yang dilepaskan dan alam semesta tidak akan pernah terbentuk. Bila jumlah positron dan elektron sama, maka hanya energi saja yang akan dihasilkan dan tidak ada yang tersisa untuk membentuk alam semesta. Namun, kelebihan jumlah elektron telah diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan jumlah proton di alam semesta pada selang waktu berikutnya setelah momen ini. Dalam atom yang akan terbentuk nanti, jumlah elektron dan proton akan sama.

Jumlah partikel yang muncul setelah Big Bang telah ditentukan dengan perhitungan sangat teliti, yang akhirnya menuju pada pembentukan alam semesta. Profesor Steven Weinberg mengomentari betapa kritisnya interaksi antara partikel-partikel ini:

Bila alam semesta dalam beberapa menit pertama benar-benar terdiri dari jumlah partikel dan anti partikel yang sama, semuanya akan hancur ketika suhu turun di bawah 1.000 juta derajat, dan tidak akan ada yang tersisa kecuali radiasi. Ada bukti sangat kuat yang menentang kemungkinan ini - kita ada di sini! Pasti ada kelebihan jumlah elektron dari positron, proton dari anti-proton, dan netron dari anti-netron, agar ada yang tersisa setelah penghancuran partikel dan anti-partikel untuk menyediakan materi bagi alam semesta ini.8

l Sudah 34 menit dan 40 detik berlalu sejak ledakan. Alam semesta sekarang berusia setengah jam. Suhu telah turun dari yang semula milyaran derajat menjadi 300 juta derajat. Elektron dan positron terus memproduksi energi dengan saling bertabrakan. Saat itu, kuantitas partikel-partikel yang diperlukan telah berimbang sehingga memungkinkan pembentukan alam semesta.

Ketika kecepatan ledakan menurun, partikel-partikel ini, yang hampir tanpa massa, mulai saling berinteraksi. Atom hidrogen pertama terbentuk oleh sebuah elektron yang masuk ke dalam orbit proton. Pembentukan ini mengenalkan kita pada gaya-gaya dasar yang akan sering kita temui di alam semesta.

Tidak diragukan lagi, partikel-partikel ini - yang merupakan rancangan jauh di luar jangkauan pemahaman manusia dan memiliki struktur unik serta bergantung pada keseimbangan rumit - tidak mungkin muncul bersama secara kebetulan dan mengarah ke tujuan yang sama. Kesempurnaan ini menuntun banyak peneliti yang mengkaji topik ini kepada kesimpulan penting: ini adalah “penciptaan” dan ada pengawasan tiada tara pada setiap momen penciptaan ini. Setiap partikel yang diciptakan setelah ledakan dimaksudkan untuk terbentuk pada waktu tertentu, pada suhu tertentu, dan pada kecepatan tertentu. Tampaknya sistem ini, yang bekerja hampir menyerupai jam pengatur, telah diprogram dengan sangat tepat sebelum menjadi aktif. Ini berarti bahwa Big Bang dan alam semesta sempurna yang berasal dari Big Bang telah dirancang sebelum lahirnya ledakan dan setelah itu dijalankan.


Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya)
(QS. An Nahl, 16:12)






Kuasa yang mengatur, merancang, dan mengendalikan alam semesta ini tentu saja Allah, Pencipta segala sesuatu.

Rancangan ini dapat diamati tidak hanya dalam atom tetapi juga dalam setiap objek di alam semesta baik besar maupun kecil. Partikel-partikel ini, yang awalnya terhempas saling menjauh dengan kecepatan cahaya, tidak hanya menyebabkan formasi atom-atom hidrogen tetapi juga membangkitkan semua sistem raksasa yang mengisi alam semesta saat ini. Atom, molekul, planet, matahari dan bintang, tata surya, galaksi, quasar, dan lain-lain terbentuk menurut rencana yang agung dan dalam keteraturan dan keseimbangan sempurna. Partikel-partikel yang dibutuhkan untuk membentuk sebuah atom saja tak mungkin secara tidak sengaja muncul bersama-sama dan menciptakan keseimbangan yang indah, sehingga lebih tidak beralasan lagi dan sangat tidak logis untuk menyatakan bahwa planet, galaksi, dan pendeknya, keseluruhan sistem di alam semesta terbentuk begitu saja dan mengembangkan keseimbangannya sendiri. Kehendak yang membuat rancangan unik ini adalah kehendak Allah, sang Pencipta seluruh alam semesta.

Atom-atom lainnya terbentuk setelah atom hidrogen, yang merupakan keajaiban tersendiri. Pada poin ini pelbagai pertanyaan muncul di benak, seperti “bagaimana atom-atom lainnya terbentuk? Mengapa tidak semua proton dan netron membentuk atom hidrogen saja? Bagaimana partikel-pertikel tersebut memutuskan atom apa yang akan mereka bentuk dan seberapa banyak?” Jawaban dari pertanyaan ini kembali membawa kita pada kesimpulan yang sama. Ada suatu kekuatan, kendali dan rancangan yang hebat dalam pembentukan atom hidrogen dan atom-atom lain berikutnya.

Kendali dan rancangan ini melampaui kapasitas akal manusia dan menunjukkan bahwa alam semesta jelaslah sebuah “penciptaan”. Hukum-hukum fisika yang berlaku setelah Big Bang tidak berubah sama sekali selama hampir 17 miliar tahun terlalui. Lebih jauh, hukum-hukum ini didasari oleh perhitungan yang begitu tepatnya sehingga penyimpangan sekadar milimeter dari nilai yang sekarang dapat mengganggu struktur dan ketertiban umum di seluruh alam semesta. Komentar seorang ahli fisika terkenal, Prof. Stephen Hawkings, tentang hal ini sangat menarik. Hawkings menerangkan bahwa fenomena-fenomena yang terjadi didasari oleh perhitungan yang jauh lebih teliti daripada yang dapat kita bayangkan:

Jika satu detik setelah Big Bang, kecepatan perluasan berkurang walaupun hanya satu bagian dari seratus ribu juta juta, alam semesta ini dapat hancur kembali sebelum mencapai ukurannya yang sekarang.9

Big Bang, yang dibangun dengan perhitungan yang begitu teliti, dengan jelas mengungkapkan bahwa waktu, ruang, dan materi tidak menjadi ada dengan begitu saja, namun diciptakan oleh Allah. Sama sekali tidak mungkin, kejadian-kejadian yang disebut di atas berlangsung karena kebetulan saja yang kemudian mengarah pada pembentukan atom, bahan penyusun alam semesta.

Tidaklah mengejutkan, banyak ilmuwan yang meneliti permasalahan ini telah menerima keberadaan sebuah kekuatan tanpa batas dan kehendaknya dalam penciptaan alam semesta. Seorang ahli astrofisika terkenal, Hugh Ross, menjelaskan bahwa sang Pencipta alam semesta ini melampaui semua dimensi:

Bila didefinisikan, waktu adalah dimensi di mana gejala sebab akibat berlangsung. Tidak ada waktu, tidak ada sebab dan akibat. Bila permulaan waktu terjadi bersamaan dengan permulaan alam semesta, seperti yang dikatakan teori ruang-waktu, maka sebab dari alam semesta haruslah berupa suatu entitas yang bekerja dalam dimensi waktu yang sepenuhnya berdiri sendiri dan telah ada sebelum dimensi waktu kosmos. … Ini mengatakan kepada kita bahwa sang Pencipta adalah transenden, bekerja diluar batas-batas dimensional alam semesta kita. Ini mengatakan kepada kita bahwa Tuhan bukanlah alam semesta itu sendiri, Tuhan juga bukan tercakup di dalam alam semesta. 10

Aspek terpenting dari Big Bang adalah, bahwasanya kejadian ini memberi manusia kesempatan untuk memahami kekuasaan Allah dengan lebih baik. Asal-muasal alam semesta dengan segala isinya dari tidak ada, adalah satu dari tanda-tanda besar kekuasaan Allah. Keseimbangan rumit dalam energi pada momen ledakan adalah tanda yang sangat nyata agar kita merenungkan ilmu Allah yang tak berbatas.

Gaya-Gaya Fundamental di Alam Semesta

Kita telah menyebutkan bahwa hukum-hukum Fisika di alam semesta mulai berlaku setelah Big Bang. Hukum-hukum ini didasari “empat gaya fundamental” yang dikenal fisika modern dewasa ini. Gaya-gaya ini terbentuk bersamaan dengan pembentukan partikel sub-atomik pertama pada waktu spesifik segera setelah Big Bang, untuk membentuk seluruh aturan dan sistem alam semesta. Atom-atom yang menyusun materi alam semesta terwujud dan tersebar merata di alam semesta berkat interaksi gaya-gaya ini. Gaya-gaya ini adalah gaya tarik massa atau yang dikenal sebagai gaya gravitasi, gaya elektromagnetik, gaya nuklir kuat, dan gaya nuklir lemah. Semua gaya ini memiliki intensitas dan bidang kerja berbeda. Gaya nuklir kuat dan gaya nuklir lemah beroperasi hanya pada skala subatomik. Dua gaya lainnya - gaya gravitasi dan gaya elektromagnetik - mengatur kumpulan atom, atau yang disebut “materi”. Pengaturan tanpa cacat di atas bumi disebabkan proporsi yang sangat rumit dari gaya-gaya ini. Perbandingan gaya-gaya ini menghasilkan suatu hal yang menarik. Semua materi yang diciptakan dan diedarkan ke penjuru alam semesta setelah Big Bang dibentuk oleh efek gaya-gaya yang sangat jauh berbeda ini. Berikut adalah nilai-nilai keempat gaya fundamental dengan selisih menakjubkan, dalam satuan standar internasional:

Gaya nuklir kuat :15

Gaya nuklir lemah: 7,03×10-3

Gaya gravitasi: 5,90×10-39

Gaya elektromagnetik: 3,05×10-12



Gaya-gaya fundamental ini memungkinkan pembentukan alam semesta melalui penyebaran kekuatan dengan sempurna. Proporsi antara gaya-gaya ini didasarkan pada keseimbangan yang begitu rumit sehingga menimbulkan efek khusus itu terhadap partikel-partikel pada proporsi ini saja.

1. Kekuatan Raksasa di Dalam Inti: Gaya Nuklir Kuat

Sampai di sini, kita telah menyaksikan bagaimana atom diciptakan, momen demi momen, dan keseimbangan rumit yang berlaku dalam penciptaan ini. Kita melihat bahwa semua yang ada di sekitar kita, termasuk diri kita sendiri disusun oleh atom-atom, dan atom-atom ini mengandung banyak partikel. Lalu, apakah gaya yang tetap menyatukan semua partikel yang membentuk inti atom itu? Gaya yang menjaga inti tetap utuh, dan yang merupakan gaya paling dahsyat menurut hukum-hukum fisika, adalah “gaya nuklir kuat”.

Gaya ini menjaga proton dan netron dalam inti atom tetap di tempatnya. Inti atom dibentuk dengan cara demikian. Gaya ini sangat kuat sehingga nyaris menyebabkan proton dan netron dalam inti saling berikatan. Inilah sebabnya partikel-partikel kecil yang memiliki gaya ini disebut juga “gluon” yang dalam bahasa Latin berarti lem. Kekuatan ikatan tersebut disesuaikan dengan sangat teliti. Intensitas gaya ini telah diatur secara spesifik agar proton dan netron tetap berjarak tertentu. Bila gaya ini sedikit saja lebih kuat, maka proton dan netron akan saling bertabrakan. Bila gaya ini sedikit saja lebih lemah, mereka akan saling menjauh. Besarnya gaya ini tepat sesuai dengan yang dibutuhkan untuk membentuk inti atom setelah detik-detik pertama Big Bang.

Pemboman Hiroshima dan Nagasaki menunjukkan sedahsyat apa gaya nuklir kuat ini ketika dilepaskan. Satu-satunya alasan mengapa bom atom sangat efektif adalah pelepasan sejumlah kecil gaya ini yang tersembunyi di dalam inti atom. Hal ini akan dijelaskan lebih terperinci pada bab-bab berikutnya.

2. Sabuk Pengaman Atom: Gaya Nuklir Lemah


Salah satu faktor penting yang menjaga keteraturan di muka bumi ini adalah keseimbangan di dalam atom. Keseimbangan ini menjaga agar segala sesuatu tidak tiba-tiba terurai atau memancarkan radiasi berbahaya. “Gaya nuklir lemah” bertanggung jawab atas keseimbangan antara proton dan netron dalam inti atom. Gaya ini memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan inti yang mengandung sejumlah besar netron dan proton.

Sembari keseimbangan ini dijaga, sebuah netron, bila dibutuhkan dapat berubah menjadi proton. Karena jumlah proton dalam inti di akhir proses berubah, atom berubah pula dan menjadi atom yang lain. Di sini hasilnya sangatlah penting. Sebuah atom berubah menjadi atom berbeda tanpa terurai dan meneruskan eksistensinya. Sabuk pengaman ini melindungi organisme hidup dari bahaya yang akan muncul jika partikel-partikel terurai tanpa terkendali dan membahayakan manusia

3. Gaya yang Menjaga Elektron Tetap pada Orbitnya: Gaya Elektromagnetik

Penemuan gaya ini mengantarkan kita pada era baru dalam dunia fisika. Baru pada saat itulah dipahami bahwa setiap partikel mengandung “muatan listrik” menurut karakteristik strukturnya masing-masing dan bahwa ada gaya di antara muatan-muatan listrik ini. Gaya ini membuat partikel-partikel yang bermuatan listrik berlawanan saling tarik dan partikel-partikel bermuatan sama akan saling tolak, sehingga menjamin proton dalam inti atom dan elektron yang mengorbit di sekelilingnya tarik-menarik. Dengan cara ini, “inti” dan “elektron”, dua elemen dasar atom, tetap di tempat mereka.


Manusia bisa berada di lingkungan tanpa gravitasi hanya selama periode tertentu dengan menggunakan perlengkapan khusus. Makhluk hidup hanya dapat bertahan hidup dalam sistem yang mempunyai gravitasi.


Perubahan kekuatan sekecil apa pun pada gaya ini dapat menyebabkan elektron-elektron terlepas jauh dari inti atau melekat pada inti. Dalam kedua kasus ini, atom tidak mungkin terbentuk, sehingga alam semesta pun tidak ada. Tetapi, sejak momen pertama gaya ini terbentuk, proton-proton dalam inti menarik elektron dengan besar gaya yang tepat dibutuhkan untuk pembentukan atom.

4. Gaya yang Menjaga Alam Semesta Tetap Utuh: Gaya Gravitasi

Gravitasi adalah satu-satunya gaya yang dapat kita rasakan sehari-hari, namun sedikit sekali yang kita ketahui tentangnya. Gaya gravitasi sesungguhnya disebut “gaya tarik massa”. Gaya ini paling lemah dibandingkan gaya lainnya, namun karena gaya inilah, massa-massa yang sangat besar tarik-menarik. Gaya inilah yang membuat galaksi dan bintang-bintang di alam semesta tetap berada pada orbitnya masing-masing. Bumi dan planet-planet lain tetap di dalam orbit tertentu mengitari matahari, sekali lagi karena adanya gaya gravitasi. Kita dapat berjalan di atas bumi karena gaya ini. Bila ada pengurangan dalam nilai gaya ini, bintang-bintang akan jatuh, bumi akan keluar dari orbitnya, dan kita akan bertebaran ke luar angkasa. Bila nilainya lebih besar sedikit saja, bintang-bintang akan bertabrakan, bumi akan bergerak menuju matahari, dan kita akan melesak ke dalam kerak bumi. Walaupun tampak kecil sekali kemungkinan ini bagi Anda, semua itu tidak akan terelakkan bila gaya ini bergeser dari nilainya yang sekarang sekalipun hanya untuk sesaat.


Rancangan agung dan keteraturan sempurna di seluruh alam semesta diatur dengan gaya-gaya fundamental ini. Pemilik keteraturan ini, tak diragukan lagi, adalah Allah, yang menciptakan segalanya dari ketiadaan tanpa cacat. Issac Newton (1642-1727), Bapak fisika modern dan mekanika langit, yang dikenal sebagai “salah satu ilmuwan terbesar di dunia” mengundang perhatian terhadap kenyataan ini:

“Sistem matahari, planet-planet dan komet yang sangat indah ini hanya dapat berlangsung dengan tuntunan dan kendali Zat cerdas dan berkuasa. Zat ini mengatur segalanya, bukan sebagai sukma dunia, namun sebagai Tuhan bagi semuanya, dan demi kekuasaan-Nya. Dia biasa disebut Tuhan, Penguasa semesta alam.”



Semua ilmuwan yang sedang meneliti subjek ini mengakui bahwa ketepatan nilai gaya-gaya fundamental ini sangat penting demi keberadaan alam semesta.

Mengomentari hal ini, seorang ahli biologi molekuler yang terkenal, Michael Denton menyatakan dalam bukunya Nature’s Destiny: How the Laws of Biology Reveal Purpose in the Universe:

Jika, misalnya, gaya gravitasi satu triliun kali lebih kuat, maka alam semesta akan jauh lebih kecil dan sejarah hidupnya jauh lebih pendek. Sebuah bintang rata-rata akan mempunyai massa satu triliun lebih kecil dari matahari dan masa hidup sekitar satu tahun. Di lain pihak, jika gravitasi kurang kuat, tidak ada bintang atau galaksi yang akan pernah terbentuk. Hubungan dan nilai-nilai lain tidak kurang kritisnya. Jika gaya nuklir kuat sedikit lebih lemah saja, satu-satunya unsur yang akan stabil hanya hidrogen. Tidak ada atom lain yang bisa terbentuk. Jika gaya nuklir kuat tersebut sedikit lebih kuat dalam kaitannya dengan elektromagnetisme, maka inti atom yang terdiri dari dua proton menjadi yang paling stabil di alam semesta - yang berarti tidak akan ada hidrogen, dan jika ada bintang atau galaksi yang terbentuk, mereka akan sangat berbeda dari bentuknya sekarang. Jelas sekali, jika semua gaya dan konstanta ini tidak mempunyai nilai tepat demikian, takkan ada bintang, supernova, planet, atom, dan kehidupan.11

Seorang ahli fisika terkemuka, Paul Davies, menyatakan kekagumannya terhadap penetapan nilai-nilai hukum-hukum fisika yang berlaku di alam semesta.

Bila seorang melanjutkan studi kosmologi, keingintahuannya bertambah. Temuan-temuan tentang sejarah kosmos membuat kita menerima bahwa perluasan alam semesta telah diatur dalam gerakannya dengan ketepatan yang sangat mengagumkan.12

Rancangan agung dan keteraturan sempurna yang berlaku di seluruh alam semesta dibangun di atas pondasi yang disediakan gaya-gaya fundamental ini. Pemilik keteraturan ini, tanpa keraguan, adalah Allah, yang menciptakan segala sesuatu tanpa cacat. Allah, Raja seluruh alam, menjaga bintang-bintang tetap berada di orbitnya dengan gaya-gaya terlemah, dan menjaga keutuhan inti atom dengan gaya-gaya terkuat. Semua gaya bekerja sesuai dengan “ukuran” yang telah Dia tentukan. Allah menujukkan keteraturan dalam penciptaan alam semesta dan keseimbangan “yang ditetapkan dengan serapi-rapinya” dalam salah satu ayat-Nya:

“Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS. Al Furqan, 25: 2)

baca lebih lanjut di www.harunyahya.com/indo/buku